Ponsel Touchscreen dan QWERTY Branded Merajalela

"Agresifnya beberapa vendor papan atas dalam merilis ponsel-ponsel baru diawal tahun dengan harga yang relatif terjangkau, menciptakan dinamika baru pada pasar ponsel. Setidaknya beberapa merek ternama seperti Samsung, Nokia, Sony Ericsson dan LG telah siap dengan resiko tersebut."

Tak kalah dengan vendor global, penyedia ponsel cina pun kian agresif menggelontorkan beberapa jajaran ponsel baru yang kian 'merakyat' baik dari sisi harga maupun inovasi. Namun, kebanyakan masih tetap bersandar pada konsep QWERTY dan layanan andalan yakni dual/triple SIM plus TV.

Masyarakat yang beragam seleranya pun mendapat al ternatif pilihan yang lebih beragam. Beberapa vendor lokal bahkan menyiapkan konsep multicase yang berarti satu bodi ponsel bisa disematkan beberapa model casing, baik yang berkarakter QWERTY, semi QWERTY maupun alfanumerik. Tentunya semua tersedia dalam satu paket penjualan. Dengan tawaran beragam dan harga yang cukup terjangkau diharapkan pengguna baru akan tergiur dengan konsep yang ditawarkan.

Lain lagi yang dilakukan vendor global, selain bergerilya menghadirkan ponsel jajaran QWERTY dengan harga miring, mereka pun mengemas karakter layar sentuh yang dipersiapkan untuk kalangan pemula. Tujuannya satu, memburu animo dari kalangan menengah ke bawah atas ponsel canggih berharga murah.

Menurut pantauan dibeberapa pusat perdagangan ponsel besar, menginjak awal tahun beberapa retail cukup agresif menawarkan ponsel branded dengan karakter bak smartphone. Merek ternama semisal SE Xperia X8, SE Yendo, LG GW3005, LG cookie T300, samsung Chat dan Champ, hingga Nokia X2-01 mendapatkan respon yang positif dari segmen bawah atau pemula.

Satu hal yang tidak bisa dilakukan vendor lokal adalah bersaing dari sisi kualitas dan nama besar. Tak heran, vendor global setidaknya masih memiliki peluang yang cukup potensial dengan menawarkan ponsel mewah dengan harga murah.

Namun, kelemahan vendor lokal dalam menggulirkan teknologi teranyar, ditutup dengan koreksi harga yang cukup fantastis dan menggiurkan. Terlebih ditambah embel-embel plus. Penerasi pasar yang mereka lakukan pun kian mantap dalam menyikapi inovasi ponsel murah yang dilakukan merek terkenal.

Tak heran kalau konsumen kini acapkali ditemui menggunakan ponsel dengan karakter yang beragam, yakni ponsel dengan tipe QWERTY dan layar sentuh. Kemudian teknologi touchscreen cukup punya greget dalam koneksi internet atau sekedar kepentingan foto. Sedangkan ponsel QWERTY-nya kebanyakan lebih diterapkan guna kepentingan jejaring social atau sekedar SMS.

Di sisi penjual, beberapa pedagang mengaku kalau permintaan ponsel dengan karakter layar sentuh cukup meningkat belakangan, terlebih dengan hadirnya platform Android yang kebanyakan mengemas ponsel konsep layar lebar. Namun ada juga yang menggunakan ponsel dengan karakter tersebut hanya untuk kepentingan multimedia.

Demand Blackberry menurun

Kisruh yang melibatkan RIM dengan pejabat publik negeri ini terkait konten, cukup memberikan efek negatif bagi publik. Bagaimana tidak, semenjak kejadian yang cukup 'menghebohkan' tersebut demand perangkat canggih asal kanada tersebut merosot tajam.

Dengan alasan takut 'kisruh' lagi di episode kedua atau harganya yang masih relatif mahal, publik berpikir dua kali untuk membeli ponsel cerdas tersebut. Alasan lain adalah apa yang ditawarkan Blackberry tak jauh beda dengan yang ditawarkan ponsel biasa, baik dalam hal konektifitas maupun jejaring sosial.

Hal lain budget untuk membeli Blackberry bisa di ganti untuk membeli dua ponsel dengan dua karakter, QWERTY dan layar sentuh. Padahal beberapa waktu lallu, Blackberry masih diidolakan seperti raja. Namun demikian dinamika pasar ponsel akan terus berubah. Hal terpenting adalah sikap dari vendor dalam membaca keinginan konsumen dan melihat fenomena pasar.

Sumber tulisan : Tabloid PULSA Edisi 201 TH VIII